Minggu, 21 Desember 2014

Catatan Akhir Minggu

Ada 7 hari yang telah terlewati selama seminggu.
Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jum’at, Sabtu dan Minggu.
Adakah salah satunya spesial untuk kalian? Atau semua sama saja, sedih atau bahagia?
Jika boleh aku bercerita, seminggu itu biasa saja. Sama. Tak berubah.
Tetap diawalai dengan Senin yang memalaskan untuk bangun.
Selasa yang terasa berat.
Rabu yang sedikit melegakan.
Kamis ?? kamis yang membuat kepala pusing.
Oh, Jumat untuk beristirahat sangatlah melegakan.
Dengan Sabtu?? Well.. I can’t say anything about it.
Aku hanya berharap seminggu cepat berlalu.
Bagaimana dengan bagian spesial.??
Seminggu tak akan berarti tanpa kamu tersenyum..
Tersenyum bercanda bersama temanmu
Tersenyum saat hp bergetar membunyikan nada pesan masuk
Tersenyum mengamati ------
Dan tersenyum-tersenyum yang lain
Untukku, bagian terindah dari hidup adalah saat kita tersenyum,
Tak peduli hujan dengan badai, petir menggelegar, awan menghitam langit bergemuruh
Atau? Panaaaaaaaaaas yang membakar
Selama masih bisa tersenyum, seminggu akan biasa saja, biasa saja dengan sangat bahagia
Seminggu akan sama, sama bahagia saat bersama orang-orang spesial
Seminggu, Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jum’at, Sabtu, Minggu
Akhirnya ......

Minggu, 14 Desember 2014

Live in Today (14122014)

Aku hanyalah seorang yang tak mengerti apa-apa
Aku hanya sebuah pensil yang ingin menari-nari diantara putihnya kertas
Bebas, untuk menuliskan apapun dalam kenangan
Aku? Hanyalah tetesan embun
Terlihat, tak tersentuh..

Sabtu, 13 Desember 2014

Tentang seorang teman

Tentang seorang teman..
Kita tak pernah tahu yang sebenarnya bukan?
Kesakitan mereka, senyum mereka
Apa kau pernah benar-benar tahu?
Yang sering kudengar, seorang teman akan selalu ada untukmu
Tak peduli saat kau menangis ataupun tertawa histeris..
That’s right
So, bagaimana denganmu?
Apa kau telah menjadi teman yang baik untuknya juga?
Ikut tertawa saat dia bahagia, walaupun kau tak merasa
Berdiri disampingnya saat luka meneteskan air matanya
Tak peduli seberapa sakitnya kau, kau tetap bahagia dengan senyumnya
Iyakah?
Apa kau kadang juga berpura-pura untuk ikut tertawa, ikut menangis?
Teman..
I think, no one know friend very well

Selasa, 09 Desember 2014

Bergantung? padamu


Aku bergantung padamu. Yah, aku memang terlalu, terlalu bersandar padamu.

Seperti siang dan malam yang harus setiap hari aku lalui. Seperti itulah dirimu. Aku tak bisa melewatkan sedetikpun waktu yang kumiliki untuk tak mengingatmu.

Hujan, gerimis, membuatku teringat namamu.
Senja mengantar malam, membuatku menunggumu.
Siang yang panas, tetap saja aku berharap kau begitu saja ada di depanku.
Yah, seperti itulah aku. Begitu menyedihkan karenamu. Begitu bodoh untuk menikmati semunya.

Aku bergantung padamu. Beribu kali pun aku menahan, kau tahu, tetap saja aku berlari mencari bayanganmu. Berkali aku ingin menyimpan saja, kau tahu, akhirnya kau juga yang kubawa untuk melihatnya.

Aku harus bagaimana lagi. Melepasmu? Hal yang sangat ingin bisa kuperjuangkan. Tapi, aku tak juga bisa. Mengapa? Mengapa kamu?

Adakah cara lain untukku tak sepedih ini. Aku ingin tak selalu menggantungkan air mata padamu. Aku ingin menahannya. Sungguh, aku ingin. Tak bergantung padamu lagi.


Malang, 08122014

Jumat, 05 Desember 2014

Hilang arah

Ketika aku kehilangan arah
dimana jejak melangkah, tak tahu,, tak tentu
entahlah
Ketika aku kehilangan arah
bagaimana cahaya redup, kelam, kabur

Satu, satu, dua, dua
tiga, empat
gontai, menghitung detik, menengok jejak
Kemana aku melangkah?

Sunyi, sepi, gelap, kelam
tak ada lentera penerang
suara-suara penunjuk?
Melangkah.. gontai

Kapan sampai
Sampai? Dimana?
ketika aku kehilangan arah

Mimpi sangat sangatlah jauh terlihat
Masa lalu semakin mendekat
Kenangan mengelilingi

Ketika aku kehilangan arah
Disini, bersimpuh, terdiam, berdiri,
Tuhan, berikan angin pencari


Malang, 01122014

Senin, 01 Desember 2014

Live in Today (30112014)


Catatan Akhir, Awal Bulan
Hujan telah mengawali pagi kami. Menyambut dengan rintiknya yang lembut. Dingin. Begitulah Minggu dimulai. Tapi hujan tak menahan langkah kami untuk tetap berjalan menyusuri setapak menuju gerbang pembuka mimpi. Putih, biru, hitam tampak memenuhi. Tampak seulas senyum pada mereka. Sebuah harapan terpancar.
Satu persatu barisan putih, biru, hitam berjalan. Ini baru dimulai. Senyuman pembimbing menguatkan langkah dan hati kami. Pada sebuah tenda biru itu segala kebahagiaan terkuras. Senyum, tawa, berbagi bersama. Kami senang. Sangat-sangat bahagia. Benar-benar waktu yang layak untuk tak dilupakan.
Tapi bukan hanya kesenangan yang berarti. Karena kadang air mata akan lebih menyentuh hati. Suasana tegang kembali lagi. Suara-suara keras. Kami hanya bisa menatap lurus kedepan, bergandengan untuk saling menguatkan. Kesalahan, yang sekarang tergambar jelas di depan mata kami. Hanya bisa membisu. Sekali berkata saat terucap tanya. 
Kami mungkin tidak menyukainya. Ya, ini adalah bagian yang jika bisa ingin aku lompati saja. Tapi tidak. Ini adalah bagian yang akan paling dirindu. Akan sangat dirindukan.Satu per satu kesalahan hilang. Suara kini sunyi. Gelap. Beberapa bait puisi terdengar menggema. Apa yang terjadi. “Selamat Datang Mahasiswa Baru FIB UB 2014. Selamat datang di kampus perjuangan.” Semua tersenyum. Berbaur putih, biru, hitam, hijau.
Inilah akhir “maba” kami. Terimakasih untuk kakak-kakak yang luar biasaaaa. We love you. Maaf untuk segala ketidak benarankami. Hujan masih mengiringi. Bersama kita wujudkan mimpi.