Senin, 13 Oktober 2014
Mawarmu
Setangkai mawar yang kau sematkan, merah ranum menebar aroma
Iya, aku tak berdaya
pesonamu menyilaukan semua logika
merenggut semua rasaku yang ada
Jujur saja, aku terlena
terpedaya pada indahnya mawarmu
Aku terjerat dalam duri-duri senyum manismu
oh, aku, aku tak bisa berpaling lagi darimu
Meski darah mengalir tertancap duri mawarmu, sakit
masih saja aku, aku tak mampu beranjak
Sungguh, aku,,,
aku terdiam dalam kubangan medan pesonamu
Aku bisa apa?
Aku ini hanya kupu kecil,
kupu kecil yang mengharap sadar kasihmu
Minggu, 12 Oktober 2014
Memujamu, semu
Tanpa aku sadari, aku terlalu memujamu. Aku telah terjatuh dalam pesonamu. Padahal kamu hanyalah mimpi indah yang datang sekali, hanya semalam singgah dalam lelapnya kau. Aku terlalu mengagumimu, hingga aku terlena dan hanya kau yang aku mau. Aku tak dapat lagi membedakan mana yang nyata dan mana yang semu saat melihat wajahmu. Yang kutahu hanya kamu, kamu dan kamu, tak peduli benar kamu atau hanya bayangan rindu.
Aku takut akan terperangkap semakin jauh, terbuai terlalu
lama. Aku takut. Bagaimana dalam bawah sadarku namamu akan tersebut? Bagaimana?
Sedang kau hanya mimpi yang tak bisa terulang lagi.
Sungguh cerobohnya aku. Terperangkap dalam kamu yang semu.
Dan saat aku membuka mata, kau hanya akan menjadi sebuah cerita.
Namamu,
Ingin kutulis namamu dalam setiap lembar kataku
Ingin kutulis namamu dalam setiap goresan penaku
Ingin kutulis namamu,
tapi apa boleh?
hmm..bukan boleh
aku? apa berani?
Kutulis namamu dan semua akan tahu
Tidak, mereka tak boleh mengerti
Kamu tak boleh tahu dengan seperti ini
Biar ingin kutulis namamu
Akan kutulis namamu, dalam curamnya palung hati
Akan kutulis namamu, dalam lantunan doaku
karena hanya Tuhan yang selalu mengerti tentang namamu
Ingin kutulis namamu dalam setiap goresan penaku
Ingin kutulis namamu,
tapi apa boleh?
hmm..bukan boleh
aku? apa berani?
Kutulis namamu dan semua akan tahu
Tidak, mereka tak boleh mengerti
Kamu tak boleh tahu dengan seperti ini
Biar ingin kutulis namamu
Akan kutulis namamu, dalam curamnya palung hati
Akan kutulis namamu, dalam lantunan doaku
karena hanya Tuhan yang selalu mengerti tentang namamu
Bagaimana jika? "kamu"
Bagaimana jika yang sebenarnya adalah kamu?
Bagaimana jika selama ini aku hanya terlalu menutupi diri?
Bagaimana? Bagaimana jika kesadaran itu terlambat?
Apakah aku bisa menerimanya?
Aku hanya tak ingin mengubah keadaan ini
Aku terlanjur “nyaman”
Mungkin aku munafik
Karena yang sejujurnya aku takut
Aku takut jika memang yang sebenarnya kamu
Tapi kamu tidak
demikian
Aku tak bisa melihat kau kan berubah
Aku tak bisa menerima jika kau akan menjauh
Bagaimana? Bagaimana aku bisa menerima?
Selasa, 07 Oktober 2014
Tuhanku..
Tuhan, kirimkan padaku dia yang terbaik
Bukan yang sempurna, bukan yang tanpa cela
Cukup dia yang terbaik bagi-Mu
Tuhan, berikan aku yang sempurna
Bukan sempurna bagi manusia, bukan sempurna yang semu
Cukup dia yang sempurna karena rahmat-Mu
Tuhan, jangan kirimkan padaku dia yang terbaik
Jangan berikan padaku dia yang sempurna
Cukup kirimkan padaku dia yang selalu mengingat-Mu
Berikan padaku dia yang hamba terbaik-Mu
(tak pasti) HUJAN
Aku menyimpanmu dalam bening rintik hujan
Menyembunyikanmu
di balik gelapnya awan
Seperti
menunggu hujan,
Aku
merindukanmu tanpa kepastian
Entahlah
sampai kapan semua ini tetap tersimpan
Aku
tak tahu, tak pernah tahu
Aku
mengabadikanmu dalam kelam warna kenangan
Mengamatimu
di balik gelapnya bayangan
Seperti
menggenggam angin,
Sekuat
aku berusaha bagai sia-sia belaka
Jadi,
biarlah kutulis beribu kata tanpa pembaca
Sebagai
pelipur lara karena ku telah terpesona
Aku
terjerat tanpa harapan
Entahlah
sampai kapan aku tetap bertahan
Aku
tak tahu, tak pernah tahu
Mungkin
lusa, esok, nanti... tetaplah tak pasti
Ya,
tak pasti..
Karena
Aku merindukanmu tanpa kepastian
Menyimpanmu
dalam rintik hujan
Langganan:
Postingan (Atom)